Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Memahami Kartini Bukan Sekadar Seremoni

Gambar
Ada hal yang selalu mengusikku ketika April datang dan para perempuan akan mulai sibuk dengan berbagai macam perlombaan. Tentu untuk memperingati hari lahir seorang tokoh emansipasi wanita Indonesia, siapa lagi jika bukan Kartini. Seorang putri Bupati Jepara itu dikenal karena surat-surat berisi pemikirannya pertama kali diterbitkan pada tahun 1911 di Semarang, Surabaya, dan Den Haag. Kumpulan surat tersebut diberi judul Door Duisternis tot Licht atau dalam bahasa Melayu diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang . Namun sayang, pemikiran-pemikiran luar biasa Kartini itu seolah tenggelam dalam peringatan hari besarnya. Orang-orang lebih senang mengingatnya dengan Kebaya dan sanggul ketimbang memahami isi kepalanya. Perbincanganku dengan ibuku tahun lalu terulang kembali, soal peringatan hari Kartini di tempatku yang begitu-begitu saja. Ku katakan pada ibuku, “Ma, Kartini itu besar karena pemikirannya bukan karena kebayanya. Kartini berkebaya karena dia orang Jawa, ka

Terkadang aku begini

Hai, malam hari ini aku sudah memulai kesendirianku lagi. Setelah sekian hari disibukkan dengan banyak hal. Tidur tak tenang, makan juga tak kenyang. Diam-diam aku merindukan waktuku bersama diri sendiri. Jujur saja, sebagian besar waktu sendiri yang ku alami di Sintang, telah memberikanku banyak pemahaman. Lebih tepatnya waktu untuk memahami diri sendiri. Apa yang benar-benar aku inginkan, seperti apa aku ingin menjalani hidup, mimpi-mimpi apa yang harus aku wujudkan. Mana bagian yang harus aku pertahankan atau aku tinggalkan. Perenungan itu membawaku pada titik ini. Titik di mana ku rasa hidupku sangat-sangat bergejolak. Aku memutuskan untuk mengakhiri kisah cintaku yang sayangnya malah dengan cara yang tidak baik-baik seperti ini. Rasanya, saat ini, aku benar-benar berada dalam vase titik balik hidupku. Segala seperti sebuah perjudian. Pilihannya hanya iya atau tidak. Sedikit peluang yang membuatku bisa berkompromi. Aku dipaksa menjadi berani mengambil langkah dan resiko dibaliknya

Mengenal Ancaman Hukum Pada Pelaku Bullying dan Perlindungan Terhadap Korban Dari Perspektif Hukum

Gambar
 Oleh : Dandy Aditya Qasthari, S.H. https://iam1in4.com/2017/04/21-things-to-say-to-someone-being-bullied/ Halo semuanya. Halo juga teman-teman pembaca setia dari blog milik rekan saya ini yaitu Restiana Purwaningrum. Sebelumnya izinkan saya untuk memperkenalkan diri saya. Dengan nama lengkap Dandy Aditya Qasthari, saya dikenal juga sebagai Dandy merupakan rekan dari pemilik blog ini Restiana Purwaningrum. Saya adalah rekan satu angkatan, satu konsentrasi bagian Skripsi, satu ruangan magang dan tentunya satu rumah di organisasi yang kami tekuni, yaitu “Justitia Club”. Senang rasanya diberikan kesempatan, dipercaya oleh Resti untuk menjadi salah satu kontributor dalam series artikel Kamis Menulis di blog ini. Oh iya, cukup berbasa-basi dan tentunya mari kita mulai untuk memasuki pembicaraan inti dari tulisan ini. Yaps! Sekitar beberapa hari lalu saya membaca tulisan yang dipublikasikan oleh Resti lewat blognya dalam series Kamis Menulis ini. Tema tulisannya cukup menarik,