Memahami Kartini Bukan Sekadar Seremoni
Ada hal yang selalu mengusikku ketika April datang dan para perempuan akan mulai sibuk dengan berbagai macam perlombaan. Tentu untuk memperingati hari lahir seorang tokoh emansipasi wanita Indonesia, siapa lagi jika bukan Kartini. Seorang putri Bupati Jepara itu dikenal karena surat-surat berisi pemikirannya pertama kali diterbitkan pada tahun 1911 di Semarang, Surabaya, dan Den Haag. Kumpulan surat tersebut diberi judul Door Duisternis tot Licht atau dalam bahasa Melayu diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang . Namun sayang, pemikiran-pemikiran luar biasa Kartini itu seolah tenggelam dalam peringatan hari besarnya. Orang-orang lebih senang mengingatnya dengan Kebaya dan sanggul ketimbang memahami isi kepalanya. Perbincanganku dengan ibuku tahun lalu terulang kembali, soal peringatan hari Kartini di tempatku yang begitu-begitu saja. Ku katakan pada ibuku, “Ma, Kartini itu besar karena pemikirannya bukan karena kebayanya. Kartini berkebaya karena dia orang Jawa, ka