Sedikit Cerita Tentang UPT Perpustakaan Kalbar

Terhitung sejak 15 Januari 2018, UPT Perpustakaan Kalbar resmi dibubarkan. UPT Perpustakaan kini berada di bawah naungan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalbar. Alasannya karena sedang ada perampingan instansi, beberapa instansi yang dianggap masih bisa dibidangi oleh satu instansi kemudian dilebur. Dalam pemahamanku, dampak yang pertama kali akan terasa dari kebijakan ini adalah perihal anggaran operasional. Anggaran operasional yang dulunya dapat dipakai untuk keperluan UPT Perpustakaan sendiri kini harus berbagi dengan instansi lainnya.

Aku tidak akan membahas mengenai pro kontra kebijakan perampingan beberapa instansi itu. Aku hanya ingin sedikit bercerita tentang sepak terjang UPT Perpustakaan Kalbar (sebut saja Perpusda) dalam meningkatkan minat literasi baca tulis di daerah kita. Beberapa bulan yang lalau aku berkesempatan untuk mendengarkan banyak hal dari pak Untad, Kepala UPT Perpusda kala itu. Sebelumnya aku tidak pernah menyangka bahwa pihak Perpusda telah berbuat sebanyak itu untuk perkembangan minat literasi baca tulis di Kalbar. Dipungkiri atau bahkan diakui, kita memang cenderung lebih bersemangat dalam mengkritik kinerja pemerintah - ya karena mengkritik memang selalu lebih mudah ketimbang menjalankan. Namun pada moment itu aku menyadari satu hal, bahwa sangat penting untuk kita saling mendengarkan berbagai pihak agar kita tidak hanya sekadar berjuang mati-matian sendiri. Dengan saling mendengarkan, kita akan menemukan solusi untuk kemudian bergerak bersama.

Perjuangan yang dilakukan pak Untad dalam mengelola Perpusda tidaklah mudah. Anggaran yang minim, kreatifitas yang tidak kalah minimnya juga membuat Perpusda bagaikan hidup segan mati tak mau. Beliau mulai membenahi hal itu satu per satu. Mulai dari waktu buka Perpustakaan yang kala itu hanya sampai pukul 3 sore, kini kita bisa menikmati fasilitas Peprusda sampai pukul sepuluh malam (untuk hari kerja). Mengubah citra perpustakaan yang kaku dan membosankan, sekarang sudah ada Pustaka Cafe yang dapat dijadikan tempat alterlatif untuk anak-anak muda Pontianak yang senang berkumpul. Kini orang-orang datang ke Perpusda tidak hanya untuk membaca/meminjam buku, tetapi juga bisa nongkrong dan berbincang-bincang di cafe depan.
Tidak hanya sampai di situ, pihak Perpusda juga berupaya untuk menebarkan virus membaca sampai ke pelosok Kalbar. Mengingat luas wilayah Kalbar dan kondisi geografisnya tentu itu bukanlah hal yang mudah. Aku masih ingat betul bagaimana harunya kisah pak Untad dalam membangun rumah baca di perbatasan Indonesia Malaysia.
Lalu dua tahun belakangan ini seluruh pegiat dan pencinta literasi di Kalbar seolah berpesta dalam rangkaian acara Kalbar Bookfair yang tidak hanya menampilkan karya-karya dari penulis lokal tetapi juga berhasil menghadirkan penulis-penulis Nasional. Bahkan pada tahun 2017 kemarin, pihak penyelenggara berhasil merangkul berbagai musisi lokal untuk ikut serta meramaikan event tersebut.
Kemudian lahirnya buku-buku dari kelompok menulis yang diinisiasi oleh Perpusda ikut serta menyumbangkan prestasi dalam peningkatan minat literasi baca tulis di Kalbar.

Pihak Perpusda juga merangkul berbagai komunitas yang ada di Kalbar, baik itu komunitas menulis maupun membaca. Bahkan ajang pemilihan Duta Baca Kalbar pun memberikan dampak positiv dalam kampanye minat baca di Kalbar. Saat ini para finalis Duta Baca Kalbar 2017 telah berhasil mendirikan sebuah pojok baca di Kabupaten Mempawah, dan sedang berencana untuk mendirikan hal serupa pada daerah lainnya.

Tentu bubarnya UPT Perpustakaan Kalbar menjadi kabar buruk bagi kita semua yang selalu memimpikan minat baca masyarakat kita yang lebih baik. Aku betul-betul respect dan sangat mengapresiasi banyak hal yang telah diperbuat oleh Perpusda. Tentu semua yang telah dilakukan belum cukup dan masih sangat kurang. Berbicara tentang meningkatkan minat baca tidak pernah menjadi hal yang mudah. Permasalahan minat baca di kota dan di desa tidak bisa disamakan. Di Pontianak sendiri telah berdiri beberapa rumah baca yang tersebar di beberapa ruang terbuka publik yang ada. Hadirnya Perpustakaan Jalanan di Pontianak pun turut serta mendorong masyarakat untuk membaca dengan cara yang berbeda (mendatangi masyarakat itu sendiri dengan buku). Meski demikian masih saja kita menemukan banyak sekali alasan untuk tidak membaca. Kalau di Desa permasalahannya beda lagi, buku terkadang dapat menjadi alternatif hiburan bagi masyarakat desa. Sulitnya akses terhadap buku itu kemudian menjadi permasalahan yang lain lagi.

Kemudian setelah semua ini semoga saja event-event besar seperti Kalbar Bookfair masih akan terus berlanjut tahun ini dan seterusnya. Jika kontribusi Perpusda melemah setelah kebijakan ini, maka harapan terbesarku adalah seluruh pegiat literasi yang ada di Kalbar dapat bersatu dan bergerak bersama. Saling merangkul satu sama lain untuk mewujudkan mimpi bersama - mengajak seluruh masyarakat Kalbar untuk gemar membaca, mencerdaskan anak-anak bangsa.

Salam aksara !

Komentar

  1. assalamu'alaykum sobat, saya suka membaca tulisan ini. Mengingatkan pada masa-masa SMP sd Kuliah pernah merasakan manfaat dari Perpusda ini. Memang aneh Pemerintah saat ini. Lah kita lagi ingin mengompori tentang literasi ke masyarakat nah kok pemerintah malah mau menutup salah satu kebanggan tempat kita2 dulu ngulik2 buku ya. Mungkin bagi pemerintah Perpusda dak penting kali ya, jadi perampingan anggaran emang lebih tepat untuk dijadikn alasan. Yaaa mungkin juga pemerintah memandang kunjungan untuk membaca atau minat baca masyarakat kita rendah jadi yaaa dak apa2lah kalau ditutup. Huuft memang aneh, Tapi semoga dak jadilah ye ditutup kalau kite sebagai masyarakat menyatakan sikap itu solusi yang dak bijak. harusnya Pemerintah memikirkan bagaimana Perpusda ini jadi tambah keren seperti perpustakaan Digital di Bandung itu. Uaaaalah malah jadi curhat ya....hehehe. salam kenal ya dan monggo mampir juga ke blog saya desaasri1207.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo kak salam kenal, maaf baru balas ya. Aku jarang buka blog soalnya dan notifnya juga ga hidup. Iyaa kak betul sekali, tapi kabarnya sekarang Perpusda sudah beroperasi kembali seperti biasa. Semoga dampak dari kebijakan ini tdk sampai memengaruhi layanan perpusdanya sendiri ya kak. Siap kak, terimakasih sudah membaca :))

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pernahkah Kau Merasa dipeluk Oleh Sebuah Lagu ?

Jurnal Harum #2 Bertemu di April ; banyak hal yang layak ditinggalkan

Jurnal Harum #1 layaknya menyapa sahabat pena