Filosopi kehidupan


Setiap orang punya pandangan masing-masing dalam memaknai hidup.  Pandangan itulah yang kelak menjadi sebuah pedoman atau prinsip dalam menghadapi segala persoalan dalam hidup. Sebagai buah dari pemahaman setiap kejadian dalam hidup kita, pandangan hidup tentu bisa diperoleh dari mana saja. 

Menurut versiku, kehidupan itu sama persisnya dengan perjalanan. Perjalanan seperti apa ? Baiklah, pemahaman ini aku dapat dari sebuah perjalanan menuju KAMPUNG HALAMAN. Dari semua keluh kesah, rasa lelah, dan segala hal yang kutemui saat perjalanan itu. Kampung halamanku terbilang jauh, jarak pastinya aku kurang tahu tapi waktu yang ditempuh kesana jika menggunakan sepeda motor normalnya adalah 4 jam. Itu adalah ukuran waktu untuk orang-orang yang sudah terbiasa milir-mudik dari kampung menuju kota. Sebut saja mamang sayur, para penagih hutang dari kota, atau bahkan pegawai kecamatan yang rutinitas hidupnya mengharuskannya untuk milir-mudik. Nah, untuk ukuran amatiran seperti aku bisa jadi 6-7 jam. Itu baru berbicara soal jarak dan waktu, belum lagi jika bicara soal ‘medan’ yang di tempuh. Barangkali kawan memang harus pergi ke kampungku terlebih dahulu untuk bisa merasakan sendiri sensasinya. Jalan yang dilalui sangat bervariasi. Mulai dari jalan mulus , berbatu, sampai bertimbun tanah yang mengundang ‘becek’ ketika hujan. Belum lagi debu dan segala macam, ahh sudah lah sulit untuk diceritakan. Sejak aku bisa melihat dunia ini, jalan menuju kampungku ya seperti itu saja, tak banyak yang berubah. Celakanya itu saat musim hujan, bisa kau lihat sendiri kolam-kolam besar yang isinya mirip cappucino, jalanan berbatu jadi licin , menanjak dan menuruni jalan menjadi sangat menakutkan. Kau tahu kawan seketika itu juga aku ingin jadi Bupati. Kabar baiknya adalah musim kemarau, kau paling hanya berhadapan dengan debu. Sudah biasa lah, bahkan di kota kabupaten kami pun debu adalah makanan sehari-hari. Tapi kabar yang lebih baik lagi adalah banyak hikmah yang dapat diambil dari perjalanan melelahkan itu. Salah satunya adalah tentang cara pandang kita terhadap kehidupan. 

Bagiku, kehidupan itu tak ubah seperti perjalanan menuju kampung halamanku. Kendaraan yang kita gunakan ibaratkan ‘mental’. Sebelum melakukan perjalanan jauh kita harus memastikan kendaraan yang akan kita gunakan baik-baik saja sehingga mampu menghadapi lika-liku jalanan dan membawa kita sampai tujuan dengan selamat. Begitu pula dengan hidup, kita harus selalu menempa mental kita agar tahan menghadapi lika-liku kehidupan, sehigga sesulit apapun hidup, kita mempunyai mental yang tangguh untuk menghadapi semuanya. 

Selain mempersiapkan kendaraan, yang tak boleh habis saat perjalanan adalah bahan bakar. Jika bahan bakar habis, otomatis kendaraan yang kita gunakan tidak dapat mengantarkan kita pada tujuan. Maka yang paling penting adalah memastikan bahan bakar yang digunakan cukup. Sama hal nya dengan hidup, yang tidak boleh habis adalah semangat dan harapan. Sesulit apapun hidup yang tidak boleh hilang adalah semangat dan harapan. Dengan harapan kita bisa menghidupkan kembali mimpi yang mati. Dengan semangat kita bisa bangkit melawan keterpurukan. Jika semangat dan harapan habis maka habislah semua tak ada yang bersisa.

Dan saatnya melakukan perjalanan. Jalan pertama yang kita lewti adalah jalanan mulus dengan banyak kendaraan. Sepintas, melewati jalan ini sangatlah nyaman, kita bahkan bisa menikmati perjalanan karena tidak harus bersusah payah mengayuh kendaraan. Namun bukan berarti jalanan ini terbebas dari bahaya. Justru jalan seperti ini yang banyak mengundang maut, jika kita terlalu banyak melamun dan tidak berhati-hati dalam berkendara. Penting untuk kita tetap berhati-hati dan tidak terbuai dengan medan yang nyaman agar kita bisa sampai tujuan dengan selamat. Sama halnya dengan hidup, terkadang kehidupan kita yang terasa begitu mulus, semua yang terjadi sesuai dengan rencana kita, berbagai kenikmatan kita rasakan. Boleh jadi itu semua adalah cobaan yang Tuhan berikan kepada kita. Tak jarang kehidupan yang nyaman malah menyeret kita pada hal-hal negative yang kemudian membuat hidup kita berubah seper sekian derajat. Dalam hal ini penting untuk kita selalu bersyukur dan tidak terlena pada kehidupan supaya kenikmatan yang kita dapatkan juga bisa menghasilkan kebaikan, sehingga ketika kenikmatan itu diambil kita sungguh tahu bahwa itu semua hanya titipan.

Medan yang kedua adalah jalanan berbatu. Mulai menghadapi medan yang sulit dalam perjalanan. Lika-liku jalanan mulai terasa karena jalanan yang berbatu juga membuat kita sulit untuk memperlaju kendaraan. Yang diperlukan dalam mengahdapi medan seperti ini adalah ketahanan, dan juga kecermatan dalam memilih jalan. Kita harus siap menahan kendaraan saat menuruni medan berbatu, karena kalau kita tidak cukup kuat menahan kendaraan kita bisa saja terjatuh. Kita juga harus cermat dalam memilih jalan supaya kita tidak sampai mengambil jalan orang lain. Waspada terhadap batu kecil yang melintang di tengah jalan karena sering kali tidak terlihat. Begitu pula dengan kehidupan. Saat lika-liku kehidupan menghampiri. Saat sulit dan nyaman hidup silih berganti yang kita perlukan adalah kesabaran dan kejujuran. Sabar dalam menghadapi pahit getir kehidupan. Selalu jujur dalam setiap ruang kehidupan, tak jarang jalan yang kita lalui berliku dan jalan orang lain lebih baik. Maka mengambil jalan orang lain bukanlah kejujuran. Hati-hati terhadap hal-hal kecil yang biasanya kita remehkan, karena tak jarang hal-hal kecil tersebut malah membawa kita pada masalah yang besar. Tak ubahnya dengan pengendara, lebih banyak yang jatuh karena kerikil ketimbang batu besar di tengah jalan. 

Medan yang terakhir adalah jalan bertimbun tanah. Sebut saja musim ini adalah penghujan, maka medan ini adalah klimaks dari perjalanan kita. Jalanan yang lengket dan berlumpur membuat kita sangat kesulitan untuk melewatinya. Tak jarang terjatuh, seringkali terpeleset. Bahkan setiap jalan yang dilalui mengundang ketakutan. Yang dibutuhkan tentunya adalah kesabaran, juga ketabahan, selain itu tentunya keahlian. Seburuk-buruknya jalan pasti ada jalan yang lebih baik dan bisa dilalui. 

Dalam kehidupan, masa ini adalah masa paling sulit dalam hidup kita. Jatuh – bangun – jatuh – bangun lagi semua adalah proses dalam hidup. Kita hanya perlu bersabar dan tabah dalam menghadapinya, pasti ada jalan keluar untuk semua masalah yang kita hadapi. Masalah-masalah yang kita hadapi sering kali membuat kita menyerah, namun seperti sebuah perjalanan, entah bagaimanapun caranya kita tidak punya pilihan lain selain melanjutkan perjalanan untuk sampai pada tujuan. Sama halnya denga hidup, kita tidak punya pilihan lain selain melanjutkan hidup sepahit apapun melanjutkannya. 


"Karena hidup tak akan bisa kau hentikan hanya karena bahagiamu telah berganti"

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pernahkah Kau Merasa dipeluk Oleh Sebuah Lagu ?

Jurnal Harum #2 Bertemu di April ; banyak hal yang layak ditinggalkan

Jurnal Harum #1 layaknya menyapa sahabat pena